Senin, 29 Juni 2015

Tingkat Efektivitas Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Memanfaatkan Kegiatan Aplikasi Instrumentasi dan Himpunan Data di SMA Negeri 1 Metro Tahun Pelajaran 2009/2010



I.                   PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
      Upaya peningkatan pendidikan berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan yang dilakukan oleh suatu bangsa. Dengan sumber daya manusia yang berkualitas, baik dalam aspek intelektual, moralitas, spritual, dan kepribadian, maka pembangunan (dalam berbagai bidang) akan berjalan dengan baik, dan berhasil.
      Pendidikan mengambil peranan penting dan memberikan konstribusi yang sangat besar dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya masnusia. Dengan pendidikan yang dilaksanakan secara benar, profesional, dan berkualitas, akan menghasilkan peserta didik/sumber daya manusia yang berkualitas.  Bagi bangsa Indonesia, kontribusi pendidikan yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik termaktub dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional  yang berbunyi sebagai berikut:
                  Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan           membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam    rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk                   berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang          beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak      mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan, menjadi warga Negara yang                   demokratis serta bertanggung jawab.

       Fungsi dan tujuan pendidikan tersebut mengandung suatu harapan terbentuknya karakter pribadi individu (peserta didik) yang memiliki kepribadian yang baik, berakhlak, bertakwa, dan bertanggung jawab.
       Ki Hajar Dewantara yang dikutip  Ahmadi (2003: 69) memberikan pengertian mendidik  adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
       Tujuan yang ingin dicapai dari proses pendidikan adalah kemampuan anak yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, dan ketrampilan yang diperlukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun karakter dan kepribadian anak. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pembelajaran, latihan dalam membantu siswa mampu mengembangkan potensinya,baik dibidang moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.
     Hurlock (dalam Juntika, 2006: 185) menyatakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu perkembangan kepribadian anak, baik dalam cara berpikir, bersikap, maupun cara berprilaku Sekolah sebagai lembaga formal memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan tercapainya perkembangan peserta didik yang optimal, baik perkembangan intelektual, spritual, moral, akhlak, tingkah laku dan kepribadian.
      Usaha untuk mencapai perkembangan peserta didik yang optimal, bukan hanya tanggung jawab guru semata (guru mata pelajaran), melainkan semua pihak dalam sekolah memiliki tanggung jawab yang sama untuk tercapainya tujuan pendidikan yang sebenar-benarnya. Semua pihak harus mampu berperan sesuai dengan bidangnya dan selalu bekerja sama demi tercapainya perkembangan peserta didik yang optimal.
      Dalam Permendiknas No.22 /2006 tentang KTSP, membagi tugas dan tanggung jawab pihak-pihak yang terkait dalan lembaga pendidikan sesuai dengan kemampuannya,yaitu:
1.  Guru bertugas menyampaikan mata pelajaran dan muatan lokal.
2.  Konselor sekolah melaksanakan pelayanan konseling
3.  Pembina Khusus melakukan kegiatan ekstarakurikuler.
Berdasarkan Permendiknas di atas, sangat jelas bahwa bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen yang terpenting dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan yang telah diamanatkan oleh undang-undang.  Dan pada dasarya tujuan dari layanan bimbingan dan konseling selaras dengan tujuan pendidikan tersebut.
       Pelayanan BK di sekolah diarahkan pada ketercapaian tujuan pendidikan dan tujuan pelaksanaan konseling. Sebagai salah satu lembaga pendidikan, sekolah membutuhkan pelayanan BK dalam penyelenggaraan dan peningkatan kondisi kehidupan di sekolah demi tercapainya tujuan pendidikan yang berjalan seiring dengan visi profesi konseling yaitu  terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam memberikan dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar individu berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia  (Prayitno dan Erman Amti, 2004: 13) .           
        Untuk tercapaianya tujuan tersebut, maka sangat diperlukan suatu layanan bimbingan dan konseling yang baik dan tepat guna.. Efektifitas layanan bimbingan dan konseling merupakan tingkat keberhasilan/ketercapaian tujuan dari layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan.  Keefektifan layanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik, dapat dilihat dari beberapa indikator, seperti peserta didik secara efektif mampu mengaktualisasikan dirinya dalam dalam setiap dimensi kehidupannya, mampu secara efektif mengatasi permasalahan yang dihadapi, pengembangan diri yang optimal, dan mampu merencanakan masa depan secara realistik. 
        Akan tetapi untuk mencapai tingkat efektifitas pelayanan bimbingan dan konseling adalah hal yang sulit. Dalam penerapan bimbingan dan konseling disekolah, masih  banyak terdapat guru pembimbing melaksanakan layanan yang tidak memperhatikan tingkat efektivitas layanan. Ketidakefektifan layanan bimbingan dan konseling dapat terlihat dari beberapa aspek, antara lain:
1.      program bimbingan dan konseling dibuat tidak sesuai dengan kebutuhan  peserta didik.
2.      layanan yang diberikan belum membantu siswa mencapai perkembangan dan kemandirian diri yang optimal.
3.      masih timbulnya permasalahan dari peserta didik dalam aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir.
4.      ketidakmampuan peserta didik dalam menentukan dan mengambil keputusan untuk merencanakan masa depannya.
Salah satu faktor penyebab ketidakefektifan layanan bimbingan yang dilaksanakan adalah dalam merencanakan dan memberikan layanan tidak memperhatikan kondisi/data diri peserta didik.. Layanan diberikan hanya berdasarkan program yang disusun untuk kebutuhan ”administrasi” bimbingan dan konseling.
        Selama melaksanakan program pengalamam lapangan di SMA N 1 Metro pada tahun pelajaran 2009/2010, penulis memperoleh keterangan bahwa bimbingan dan konseling di SMA N 1 Metro memiliki fasilitas penunjang kegiatan BK yang memadai, termasuk instrumen pendukung datanya. Selain itu berbagai instrumen tersebut telah dilakukan kegiatan instrumentasi dan himpunan data. Kegiatan aplikasi instrumentasi dan himpunan data memiliki peran yang sangat besar dalam mendukung pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling. Melalui kegiatan aplikasi instrumentasi dan himpunan data akan diperoleh data tentang masalah dan kebutuhan siswa yang berguna dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.
       Berdasarkan uraian tersebut, penelitian  diberi judul,” Tingkat Efektivitas Layanan Bimbingan dan Konseling dengan Memanfaatkan  Kegiatan Aplikasi Instrumentasi dan Himpunan  Data di SMA Negeri 1 Metro Tahun Pelajaran 2009/2010”. Fokus penelitian yaitu: 1) Pelaksanaan kegiatan aplikasi instrumentasi dan himpunan data di SMA N 1 Metro 2) Manfaat kegiatan aplikasi instrumentasi dan himpunan data dalam peningkatan efektivitas layanan bimbingan dan konseling di SMA N 1 Metro 3) Tingkat efektifitas layanan bimbingan dan konseling melalui pemanfaatan aplikasi instrumentasi dan himpunan data SMA N 1 Metro.


II.    TINJAUAN PUSTAKA

A.    Layanan Bimbingan Dan Konseling.
1.      Pengertian Bimbingan dan konseling
       Bimbingan merupakan suatu proses yang berorientasi pada manusia dan dilakukan secara berkesinambungan. Untuk memahami pengertian bimbingan dan konseling, terlebih dahulu harus memahami masing –masing pengertian bimbingan dan konseling. Parson dalam prayitno (2004: 93) menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan serta mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya itu. Dalam pengertian tersebut Parson lebih menekankan pelaksanaan bimbingan dimaksudkan membantu individu dalam pemilihan karir atau pekerjaan.
        Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, dan bukan hanya bersifat insidential. Natawidjaya (Prayitno, 1994: 19) mendefinisikan bimbingan yaitu:
sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya.
       
           Selaras dengan pendapat diatas, Juntika (2006: 8) menyatakan bahwa  bimbingan adalah:
pemberian bantuan kepada seluruh peserta didik yang dilakukan secara berkesinambungan agar mereka dapat memahami dirinya, lingkunangannya, dan tugas-tugasnya sehinggga mereka dapt mengarahkan diri, menyesuaikan diri, serta bertindak wajar sesuai dengan keadaan  dan tuntutan lembaga pendidikan, keadaan keluarga, masyarakat, dan lingkungan kerja yang akan dimasuki kelak.

Bimbingan berdasarkan pendapat-pendapat diatas, menggambarkan suatu proses yang profesional, dan lebih mengarah kepada membangun kemampuan individu untuk mampu membantu dirinya sendiri.
        Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan secara berkesinambungan dengan memperhatikan norma-norma yang berlaku dan dalam suasana keahlian, dengan tujuan agar individu mampu memahami kondisi dirinya dan mampu menolong dirinya sendiri (Self help) dalam menentukan karir, pendidikan, dan  kehidupan dalam lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat
        Mendefinisikan konseling merupakan sesuatu yang tidak mudah. Hal itu dikarenakan adanya perbedaan dalam perspektif para pakar tentang  konseling tersebut, selain itu dikarenakan perkembangannya yang sangat pesat. Juntika (2006: 10) memberikan pengertian konseling sebagai upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusasn dan menentukan tujuan beedasarkan nilai yang diyakininya, sehinggga konseli merasa bahagia dan efektif prilakunya.
        Pendapat diatas, menggambarkan bahwa konseling dilakukan oleh individu yang memiliki kompetensi dibidang konseling, yaitu konselor. Senada dengan pendapat diatas, Maclean (dalam Prayitno, 2004: 100) memberikan pengertian konseling adalah:
suatu proses yang terjadi dalam hubungan tatap muka antara seorang individu yang terganggu oleh karena masalah-masalah yang tidak dapat diatasinya sendiri dengan seorang pekerja profesional, yaitu orang yang telah terlatih dan berpengalaman membantu orang lain mencapai pemecahan-pemecahan terhadap berbagai jenis kesulitan pribadi.

Maclean menyebutkan pihak yang membantu dalam proses konseling sebagai pihak yang profesional, yaitu pihak yang terlatih dan berpengalaman. Dan tujuan dri proses tersebut adalah agar invidvu mampu mengambil keputusan yang terbaik untuk dirinya sendiri.
         Shetzer dan Stone (dalam Mulyadi, 2003: 4) mendefisinikan konseling sebagai hubungan pemberian bantuan (helping relationship), yang berarti interaksi antara konselor dengan klien dalam upaya memberikan kemudahan terhadap cara-cara pengembangan diri yang positif.
        Sejalan dengan itu, Winkel (2005:34) mendefinisikan konseling sebagai serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.
Untuk keberhasilan konseling, seorang guru pembimbing/konselor harus memiliki modal personal yang meyakinkan, karena proses konseling yang efektif bila dilakukan secara tatap muka, atau dengan kontak langsung dengan klien atau peserta didik.
      Merujuk kepada beberapa definisi bimbingan dan juga  konseling dari beberapa ahli di atas, ditarik kesimpulan bahwa bimbingan dan  konseling merupakan proses pemberian  bantuan yang dilakukan secara berkesinambungan yang  bersifat keahlian kepada individu dengan tujuan tercapainya kehidupan yang selaras, efektif, dan sukses dalam segala dimensi kehidupan. Efektifitas dari layanan bimbingan dan konseling akan terlihat, jika adanya perubahan dan perkembangan peserta didik dalam memandang dirinya, dan mampu mengembangkan potensi yang ada pada dirinya setelah memperoleh pelayanan konseling.

2.      Tujuan Layanan Bimbingan Dan konseling
        Pada dasarnya tujuan layanan bimbingan dan konseling adalah selaras dengan tujuan dari pendidikan yang diamanatkan dalam UU Sisdiknas Tahun 2003. Tetapi secara rinci Prayitno (2004) menjelaskan tujuan layanan bimbingan dan konseling disekolah adalah agar peserta didik dapat:
a.            Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa yang akan datang.
b.           Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin.
c.            Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan
d.           Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan   masyarakat serta lingkungan kerjanya.
      Rincian tujuan layanan bimbingan dan konseling di atas, meliputi bidang (aspek) pribadi-sosial, belajar, dan karir.
1)      Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial peserta didik adalah:
a)           Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
b)           Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
c)           Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta dan mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
d)          Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.
e)           Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
f)            Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat
g)           Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.
h)           Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.
i)             Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia.
j)             Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.
k)           Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.

2)      Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah :
a)           Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.
b)           Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.
c)           Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
d)          Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
e)           Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.
f)            Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
3)      Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah:
a)           Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.
b)           Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir.
c)           Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.
d)          Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan.
e)           Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
f)            Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
g)           Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang peserta didikbercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.
h)           Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki..
i)             Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karir.

B.     Kegiatan Aplikasi Instrumentasi
     Kegiatan aplikasi instrumentasi merupakan salah satu kegitan pendukung ari layanan bimbingan dan konseling.  Mulyadi (2003: 27) mendefinisikan kegiatan aplikasi instrumentasi  sebagai kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk mengumpulkan data dan keterangan peserta didik (klien), keterangan lingkungan peserta didik, dan lingkungan yang lebih luas. Pengumpulan data ini dapat dilakukan melalui berbagai instrumen, baik tes dan non tes.
      Lebih lanjut, Prayitno dan Erman Amti (2004:315) menyebutkan kegiatan  aplikasi instrumentasi konseling merupakan kegiatan pendukung layanan konseling untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang klien, keterangan tentang lingkungan yang lebih luas, pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instrumen baik dengan tes maupun non tes .
       Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa aplikasi instrumentasi merupakan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling yang dilaksanakan dalam rangka mengumpulkan keterangan/data tentang siswa dan lingkungannya, melalui pemanfaatan instrumen baik tes ataupun non tes yang akan mendukung tercapainya tujuan layanan bimbingan dan konseling.
        Secara umum tujuan aplikasi instrumentasi adalah diperolehnya data hasil pengukuran terhadap kondisi tertentu klien (Prayitno, 2004:3). Secara khusus pelaksanaan kegiatan aplikasi istrumentasi lebih kearah fungsi pemahaman.  Materi yang hendak diungkap dalam pelaksanaan aplikasi instrumentasi jenisnya bermacam-macam, sesuai dengan alat ukur/instrumen yang digunakan. Akan tetapi, khusus dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, materi yang ingin diungkap pada umumnya menyangkut diri individu.
     Secara rinci, Prayitno (2004: 5) materi yang berkenaan dengan bimbingan dan konseling, yang perlu untuk diungkap antara lain:
1.      Kondisi fisik individu; keadaan jasmaniah dan kesehatan
2.      Kondisi dasar psikologis; potensi dasar, bakat, minat, dan sikap.
3.      Kondisi dinamik-fungsional psikologis.
4.      Kondisi kegiatan dan hasil belajar.
5.      Kondisi hubungan sosial.
6.      Kondisi keluarga dan lingkungan.
7.      Kondisi arah pengembangan dan karir.
8.      Permasalahan yang potensial dan/atau sedang dialami.

C.    Himpunan Data
     Kegiatan himpunan data adalah kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik (Purwoko, 2003: 28). Kegiatan himpunan data perlu diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis, komphrehensif, terpadu, dan sifatnya tertutup.
       Prayitno dan  Amti (2004:315) menyatakan penyelenggaraan himpunan data merupakan  kegiatan pendukung layanan konseling untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan klien.
      Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa himpunan data adalah kegiatan pendukung bimbingan dan konseling yang diselenggarakan dalam rangka menghimpun seluruh data peserta didik yang relevan, yang dilakukan secara sistematis, komprehensif, berkesinambungan, bersifat rahasia dan digunakan sepenuhnya untuk pengembangan diri peserta didik.
      Dalam pelaksanaan kegiatan himpunan data, terdapat bebrapa tujuan yang hendak dicapai. Tujuan tersebut terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus (Prayitno:2004) sebagai berikut:
1.      Tujuan Umum
     Dalam kegiatan himpunan data, secara umum bertujuan unutk menyediakan data dalam kualitas yang baik dan lengkap untuk menunjang penyelenggaraan pelayanan konseling sesuai dengan kebutuhan klien dan individu-individu lain yang menjadi tanggung jawab guru pembimbing/konselor.
2.      Tujuan khusus dari himpunan data adalah diperolehnya pemahamam secara utuh tentang kondisi peserta didik. Scara rinci tujuan khusus tersebut adalah:
a) Untuk pencegahan terhadap timbulnya permasalah peserta didik yang mungkinakan dialami
b). Mendukung terentaskannya permasalah yang telah dialami oleh peserta didik (fungsi pengentasan)
c). Sebagai pengembangan layanan dan keefektifan layanan yang akan diberikan kepada peserta didik (fungsi pengembangan dan pemeliharaan).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Deskripsi Lokasi Penelitian
     SMA Negeri 1 Metro didirikan pada tahun 1959 dengan nama SMA Persiapan Negeri, jumlah siswa pada waktu itu sebanyak 35 orang. Pada awal didirikan SMA Persiapan Negeri Metro dipimpin oleh Bapak R. Mulyodiharjo sebagai kepala sekolah ( belum definitif ). SMA Persiapan Negeri Metro didirikan atas prakarsa masyarakat Metro dan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Tengah dibawah pelindung Bapak Syahri Djaadiwirya. Pada Tahun 1960, kegiatan belajar mengajar pindah ke sekolah Cina, yaitu bangunan yang digunakan untuk SPG Negeri ! Metro pada tahun 1970.
       Pada awalnya berdirinya SMA Negeri 1 Metro berstatus sebagai Sekolah Persiapan Tingkat Atas. Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Pusat Bagian Kursus Sekolah Jakarta Nomor : 22/SK/B.III/1959 tanggal 11 Juni 1959, menjadi Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Metro. Gedung utama sekolah dibangun tahun 1962 hasil gotong royong masyarakat diatas tanah seluas 19.965 m2.

B.     Hasil dan Pembahasan
1.      Pelaksanaan kegiatan aplikasi instrumentasi dan himpunan data di SMA N 1 Metro
     Kegiatan aplikasi instrumentasi dan himpunan data di SMA Negeri 1 diawali dengan kegiatan perencanaan kegiatan. Berikut petikan wawancara ( W.1/I/40) sebagai berikut, “Ya, seperti pelaksanaan kegiatan –kegiatan lainya aplikasi instrumentasi dan juga himpunan data harus melakukan suatu perencanaan kegiatan”.
      Perencanaan kegiatan mencakup dari persiapan instrumen, personel, tujuan kegiatan, dan waktu pelaksanaan kegiatan. Kelengkapan instrumen terdiri dari jenis instrumen yang digunakan. Berikut petikan wawancara ( W.3/I/40),  ”Instrumen yang digunakan, ada tes psikologi, angket penjurusanan, angket kepuasan pelanggan yang bekerjasama dengan HUMAS, ada AUM dan yang terbaru adalah IKMS, yaitu Instrumen Kebutuhan dan Masalah Siswa”
        Setelah melalui kegiatan perencanaan, langkah selanjutnya yaitu menentukan waktu pelaksanaan kegiatan pengadministrasian instrumen dan himpunan data. Pelaksanaan kegiatan  di SMA N 1 Metro dilaksanakan setiap awal tahun pelajaran dan awal semester. Berikut petikan wawancara ( W.5/ I/41):
Pelaksanaan aplikasi instrumentasi dan himpunan data biasanya dilakukan pada awal tahun pelajaran (awal semester) dan disesester depan dilakukan lagi. Tetapi untuk data diri, dilakukan sekali pada awal tahun pelajaran,dan instrumen lain biasanya dilaksanakan sesuai kebutuhan, seperti angket penjurusan, angket minat, bakat, dan lain-lain

       Lebih lanjut, informan menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan,    penyekenggara kegiatan adalah guru pembimbing. Berikut petikan wawancara (W.6/I/41), “Pelaksana kegiatan aplikasi instrumentasi dan himpunan data yaitu guru pembimbing sendiri, tetapi bekerjasama dengan guru mata pelalajaran untuk meminjam jamnya.
        Data yang telah terkumpul selanjutnya dilakukan analisis. Untuk menganalisa data dilakukan dengan scoring jumlah pilihan siswa/ dari kecenderungan nilai yang dipunyai siswa. Berikut Petikan wawancara (W.7/I/41):
Identifikasi data yaitu dengan melihat hasil dari jawaban dari setiap instrumen  yang diberikan, seperti angket penjurusanan. Jika hasilnya anak pengen ke IPA, tetapi dari data hasil belajar ternyata tidak mendukung, maka diarahkan kejurusan lain. Jadi analisa sesuai dengan tujuan dari instrumen itu sendiri.

        Setelah semua data dianalisa, maka selanjutnya data tersebut digolong-golongkan, kemudian dilakukan penghimpunan data. Data yang dihimpun adalah data yang rekevan dan data yang dapat dimanfaatkan. Berikut petikan wawancara (W.8/II/42): data data tersebut dipilih mana yang relevan, dan ada manfaatnya untuk siswa, seperti data pribadi, minat dan cita-cita, permasalahan yang dialami, maka data data tersebut disimpan dan dihimpun untuk dapat dimanfaatkan

        Keterangan yang diberikan oleh guru BK SMA N 1 Metro didukung dengan data observasi.  Melalui observasi (Ob.3/I/42), diperoleh data bahwa data yang telah diperoleh dari kegiatan aplikasi instrumentasi segera diolah dan dihimpun secara rapi dalam file-file.
            Tahapan selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan kegiatan evaluasi terhadap pengadministrasian instrument dan himpunan data. Berikut petikan wawancara (W.9/I/41):  Hal-yang dievaluasi biasanya manfaat dan efektifitas instrumen, seperti dulu pake AUM, karena dinilai kurang efektif trus sekarang memakai IKMS, trus manfaat dan kegunaan data yang telah dihimpun”.
Lebih lanjut, data hasil observasi menegaskan pernyataan dari informan (Ob.5/I/42), “ Evaluasi terhadap kegiatan dilakukan mencakup efektifitas instrument, data yang diperoleh, dan juga kualitas instrument pengumpul data dan himpunan data”. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa kegiatan evaluasi merupakan tahapan yang sangat penting untuk melakukan penilaian terhadap kegiatan yang dilaksanakan.

2.      Pemanfaatan Data Hasil Aplikasi Instrumentasi Dan Himpunan Data
     Bimbingan dan konseling di SMA N 1 Metro memanfaatkan data yang diperoleh dari hasil aplikasi instrumentasi dan himpunan data untuk pengembangan dan peningkatan kualitas dari program bimbingan dan konseling.
     Data yang diperoleh dari kegiatan aplikasi instrumentasi dan himpunan data dimanfaatkan untuk dasar menyusun program bimbingan dan konseling. Berikut Petikan wawancara ( W.11/II/ 41), Data IKMS (salah satau Instrumen pengumpul data) menjadi dasar dalam penyusunan program BK di SMA N 1 Metro”.
       Lebih lanjut, informan menjelaskan selain untuk dasar dalam penyusunan program, data hasil aplikasi instrumentasi dan himpunan data digunakan sebagai referensi dalam memberikan materi layanan, sehingga materi sesuai dengan kebutuhan siswa. Berikut petikan wawancara (W.12/II/41),” Karena kami berdasarkan Need Assesment. Maka materi layanan berdasarkan dari data yang diperoleh dari aplikasi instrumentasi dan himpunan data. Dengan pemanfatan data tersebut, maka akan terhindar dari program yang sia-sia.Lebih lanjut informan menjelaskan (W.14/II/41):  itulah prinsip ”need assesment”. Contoh berdasarkan IKMS kami mengetahui layanan apa yang sangat dibutuhkan kelas X (siswa baru), sehingga layanan kita diberikan sesuai dengan kebutuhan mereka.    
    Selain dimanfaatkan dalam penyusunan program bimbingan dan konseling, penentu materi layanan BK, data hasil aplikasi instrumentasi dan himpunan data dimanfaatkan untuk pengembangan program bimbingan dan konseling. Pengembangan menyangkut aspek program, layanan, materi, dan efektifitas dari bimbingan dan konseling. Berikut petikan wawancara (W.13/II/41),” Dengan data yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan siswa, kami sangat menghindari hal yang ”mubazir” dalam membuat dan memberikan layanan, sehingga layanan BK dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan siswa.





3.      Efektifitas Layanan Bimbingan Dan Konseling
      Bimbingan dan konseling di SMA N1 pada tahun pelajaran 2009/2010 memanfaatkan kegiatan aplikasi instrumentasi dan himpunan data untuk meningkatkan efektifitas layanannya. Semua program dan materi layanan dibuat berdasarkan data hasil kegiatan  aplikasi instrumentasi dan himpunan data.
        Program yang dibuat sesuai dengan kebutuhan siswa, sehingga mampu membantu perkembangan diri siswa secara baik. Berikut petikan wawancara (W.16/II/41):
Layanan bimbingan dan konseling di SMA N1 Metro sangat mampu mendukung perkembangan peserta didik. Dengan layanan yang sesuai dengan kebutuhan mereka akan lebih mengetahui hal-hal yang mereka inginkan, lebih memahami diri sendiri, mampu memanfaatkan waktu, dan merencanakan masa depanya

Dengan program yang baik, materi layanan yang sesusai semakin menegaskan efektifitas dari layanan bimbingan dan konseling.
        Layanan bimbingan yang dibuat dan dilaksanakan oleh guru pembimbing mampu membangun siswa untuk dapat beradaptasi dengan lingkunganya, dan tata nilai yang berlaku dimasyarakat. Guru pembimbing di SMA N1 Metro tehnik memberikan layanan dilakukan dengan konseling perorangan, konsultasi, dan terkadang dengan memanggil siswa. Berikut petikan wawancara (W. 17/III/41):
guru pembimbing sering memanggil siswa yang terlambat, sering melanggar peraturan, mereka diberi pemahaman dan bimbingan, secara perlahan mereka mampu merubah diri mereka sendiri. Mereka dapat beradaptasi dengan lingkungan dan tata nilai yang berlaku. Sebagai contoh, tingkat kedisiplinan siswa SMA N sangat tinggi atau baik

        Di SMA N 1 Metro bimbingan dan konseling memegang peranan yang sangat penting untuk membantu siswa mencapai perkembangan dirinya. Peran tersebut meliputi pemberian informasi diri, dan memberikan pemahaman akan potensi yang dimiliki siswa. Berikut petikan wawancara (W.18/II/41),” Peran bimbingan dan konseling dalam membantu siswa mencapai perkembangan yaitu dengan memberikan informasi diri, memberikan pemahaman diri akan potensi yang dimilkinya
        Lebih lanjut, informan menjelaskan bahwa bimbingan dan konseling mampu membantu siswa untuk merancang masa depannya. Dengan melaksanakan bimbingan dan konsultasi dengan siswa yang mengalami masalah,akan akan mampu memberi pemahaman baru siswa Berikut petikan wawancara (W.19/III/41):
Dengan menerima siswa yang akan  berkonsultasi tentang masa depan mereka, lalu guru pembimbing memberikan gambaran dan nasehat yang mampu memberikan gambaran kepada siswa. Dan buktinya banyak siswa-siswa SMA N 1 yang mampu memasuki perguruan tinggi favorit dan memasuki dunia kerja yang diinginkanya

Data yang sama diperoleh melalui observasi (Ob.7/III/42), ” setiap permasalahan siswa dapat terentaskan dengan baik dan siswa memperoleh pemahaman baru”.
      berdasarkan data pemaparan dan pembahasan di atas, kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan dengan memanfaatkan kegiatan aplikasi instrumen dan himpunan data menghasilkan efektifitas layanan yang cukup baik.

1V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Kesimpulan penelitian sebagai berikut:
1.      Kegiatan aplikasi instrumentasi di SMA N 1 Metro dilaksanakan dengan perncanaan yang baik, kerjasama dan koordinasi yang baik antara guru BK, wali kelas, dan guru mata pelajaran.
2.      Dengan memanfaatkan kegiatan aplikasi instrumentasi dan himpunan data,  layanan bimbingan dan konseling diSMA N 1 Metro dapat berjalan dengan efektif dan mampu membantu siswa.
3.      Tingkat efektifitas layanan bimbingan dan konseling di SMA N1 Metro tahun pelajaran 2009/2010 cukup tinggi , Berdasarkan  indikator keberhasilan layanan yang dilaksanakan oleh bimbingan dan konseling di SMA N1 Metro, seperti:

a.       Kemampuan siswa beradaptasi dengan norma dan nilai disekolah sangat baik
b.      Tingkat kedisiplinan yang tinggi, dan pelanggaran siswa rendah
c.       Keberhasilan dalam nelajar yang baik
d.      Kemampuan merancang masa depam yang sangat baik dari siswa-siswa SMA N 1 Metro.
B. Saran- Saran
        Setelah melakukan penelitian di SMA N1 Metro tentang tingkat efektifitas layanan bimbingan dan konseling melalui pemanfaatan kegiatan aplikasi instrumentasi dan himpunan data tahunpelajaran 2009/2010. maka penulis dapat memberikan saran untuk pengembangan bimbingan dan konseling, antara lain:
  1. Peningkatan kualitas, efektifitas, dan relevansi dari instrument-instrumen BK harus lebih diperhatikan demi memperoleh data yang tepat dari siswa.
  2. Lebih meningkatkan kerjasama, dan koordinasi dengan guru mata pelajaran, dan wali kelas untuk memperoleh data perkembangan siswa baik belajarnya, maupun aspek lainya.















DAFTAR PUSTAKA


             
      Depdiknas. 2006.  Permendiknas no 22 tahun 2006 tentang Standar Isi


Mulyadi, Agus. 2003. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar Dan Menengah.

Nurihsan, Achmad Juntika. 2006. Strategi Layanan Bimbingan Dan konseling. Bandung: Refika Aditama

Prayitno & Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Prayitno. 2004. Himpunan Data. Padang: Universitas Negeri Padang

----------------  2004. Aplikasi Instrumentasi. Padang: Universitas Negeri Padang

Purwoko, Budi. 2008. Organisasi Dan Manajemen Bimbingan Konseling. Surabaya: Unesa University Press

Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional 2003

Winkel, W.S. 2005. Bimbingan dan Konseling di Intitusi Pendidikan, Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia

Yusuf, Syamsu & A. juntika nurrihsan. 2006. Landasan Bimbingan Dan Konseling. Bandung : Rosda Karya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar